|
 |
|
Pogram |
|
|
|
|
|
 |
|
SEBARAN BENTUK MUKA BUMI |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sebaran Bentuk Muka Bumi dan Potensinya
1. |
Sebaran bentuk muka bumi
Melalui pembahasan sebelumnya Anda sudah paham bahwa bentuk muka bumi tidak sama. Muka bumi kita ada yang merupakan daerah pegunungan, gunung, dataran rendah, dataran tinggi, lembah, dan lain-lain. Perbedaan bentuk muka bumi ini sebenarnya merupakan potensi penunjang kehidupan manusia.
Dengan memperhatikan peta di bawah ini, Anda bisa membandingkan bentuk muka bumi dan sebarannya. Coba Anda analisa di mana sebaran dataran rendah, pegunungan sedang, pegunungan tinggi, atau daerah-daerah lainnya yang dapat Anda analisa dari peta di bawah ini! Hasilnya diskusikan dengan temanmu!

Gambar 17. Peta Indonesia dan persebaran bentuk muka bumi.
|
2. |
Potensi lahan bagi kehidupan
Sebaran bentuk muka bumi berpengaruh terhadap cara pemanfaatan lahan, baik untuk keperluan pertanian, industri, pemukiman, perdagangan dan keperluan lainnya. Oleh karena itu pengetahuan tentang bentuk muka bumi ini sangat penting artinya dalam menunjang kehidupan manusia.
Lahan (land) merupakan lingkungan fisik dan biotik yang berkaitan dengan daya dukungnya terhadap perikehidupan dan kesejahteraan hidup manusia. Lingkungan fisik ini bisa berupa relief/topografi, iklim, tanah, dan air. Sedangkan lingkungan biotik adalah tumbuhan, hewan, dan manusia. Secara umum lahan ini dapat digolongkan pada 2 jenis yaitu lahan potensial dan lahan kritis.
a. |
Lahan potensial
Lahan potensial bisa diartikan sejauh mana sebuah tanah bisa bermanfaat secara optimal bagi kehidupan manusia. Ini berarti lahan ini tidak hanya berhubungan dengan bercocok tanam tetapi bisa untuk keperluan lain yang bermanfaat. Misalnya sebidang tanah bisa saja tidak potensial untuk dijadikan bercocok tanam (pertanian), tetapi sangat potensial dijadikan pemukiman atau daerah industri. Kriteria mengukur lahan potensial tentu saja tidak sama disesuaikan dengan bentuk muka bumi. Berikut ini kita bahas potensi lahan pertanian di daerah pegunungan, dataran rendah, dan daerah pantai.
1. |
Daerah pegunungan

Lahan potensial di daerah pegunungan memiliki kemiringan antara 15 s.d. 30% dengan ketinggian 10 s.d. 300 meter dari permukaan laut. Daerah ini intensitas erosi relatif kecil walaupun curah hujannya besar. Kesuburan tanah bergantung pada batuan induk pembentukan pegunungan serta tingkat pelapukannya. Jika batuan dari hasil vulkanisme, maka tanahnya cukup subur.
Daerah potensial pegunungan ini sangat cocok dimanfaatkan sebagai daerah perkebunan. Hambatan daerah ini antara lain bahaya longsor, erosi, atau tanah rayap. Usaha penanggulangannya dapat menanam pohon pelindung, teknik pengolahan tanah (sengkedan), dan lain-lain.
|
2. |
Daerah dataran rendah

Lahan potensial di daerah dataran rendah memiliki ciri, di antaranya kemiringan antara 3 s.d. 15% dengan perbedaan ketinggian antara 5 s.d. 10 meter dari permukaan laut. Lahan ini relatif memiliki pengikisan yang kecil, sedangkan tata airnya cukup baik. Umumnya tanah merupakan hasil endapan aluvial hasil erosi yang diangkut oleh air sungai yang mengalir dari daerah vulkanis, sehingga tanah ini memiliki kesuburan yang tinggi.
Lahan ini sangat baik dimanfaatkan untuk pertanian intensif. Kendalanya adalah terutama adanya gangguan genangan air yang cukup lama, apalagi setelah banjir. Penanggulangannya perlu dilakukan penggunaan tanah secara teratur disesuaikan dengan kondisi fisis setempat dan pembuatan atau perbaikan saluran air.
|
3. |
Daerah pantai
Lahan potensial di daerah pantai memiliki kemiringan kurang dari 3% dan perbedaan tinggi kurang dari 5 meter, serta umumnya terdapat pada pantai yang datar. Adanya kemiringan dan perbedaan tinggi rendah, maka lahan pantai ini terletak pada daerah pasang surut air laut. Karena subur, daerah ini banyak ditumbuhi pohon bakau. Hutan bakau ini sangat bermanfaat untuk menahan abrasi dan mencegah perembesan air laut.

Gambar 18. Usaha tambak udang.
Lahan potensial di daerah pantai dapat dimanfaatkan untuk usaha tambak udang dan bandeng. Kendalanya adalah adanya pasang surut air. Tetapi dengan membuat sistem saluran dan pengaturan air yang tepat dapat mengatasi kendala tersebut. Selain itu daerah ini bisa dimanfaatkan untuk usaha penggaraman dan usaha wisata bahari.
Tampaknya materi kita makin menarik. Silakan Anda menarik nafas sejenak, merenggangkan otot, atau boleh minum kopi atau teh untuk menyegarkan tubuh. Jika sudah, mari kita lanjutkan pada lahan kritis.
|
|
b. |
Lahan kritis
Lahan kritis adalah lahan yang kemampuan produksinya sangat kurang, baik dalam bidang pertanian, industri, pemukiman, atau keperluan lainnya. Jika lahan kritis dihubungkan dengan pertanian, maka lahan kritis yang dimaksud adalah lahan tandus dan sudah tidak mampu berproduksi lagi. Di lahan kritis biasanya sifat-sifat fisik dan kimia tanah sudah hilang. Begitu pula hampir seluruh lapisan tanah paling atas (lapisan subur) juga sudah hilang. Hal ini disebabkan oleh cepatnya proses erosi dan transportasi pada tanah tersebut, sementara proses pembentukan tanah memakan waktu yang relatif lama. Berikut ini kita bahas lahan kritis di daerah pegunungan, dataran rendah, dan daerah pantai.
1. |
Daerah pegunungan
Lahan kritis di daerah pegunungan disebabkan oleh adanya longsor, erosi, atau tanah rayap. Lapisan tanah yang paling atasnya hampir habis. Sisanya tinggal tanah tandus bahkan dalam bentuk tanah cadas (keras). Lahan kritis ini banyak dijumpai di lereng terjal dengan tanah terbuka dan tandus, atau di pegunungan yang hutannya sudah rusak.
|
2. |
Daerah dataran rendah
Di dataran rendah juga ditemukan lahan kritis. Lahan ini biasanya disebabkan oleh genangan air atau proses sedimentasi (pengendapan) bahan tertentu yang menutupi lapisan tanah yang subur. Penyebab utamanya adalah tanahnya lebih rendah dari daerah sekitarnya, sehingga ketika hujan terjadi air tidak bisa mengalir dan tergenang di daerah itu.
|
3. |
Daerah pantai
Terjadinya abrasi biasanya menyebabkan terjadinya lahan kritis di sekitar pantai, karena lapisan sedimen akan hancur dan lenyap. Kejadian ini biasanya terjadi pada muara sungai yang pantainya terbuka dengan gelombang laut besar.
|
Lahan kritis terjadi karena ketidakseimbangan pemanfaatan dan pengolahan atau kecerobohan dalam pengolahan lahan. Oleh karena itu lahan kritis sebenarnya bisa ditanggulangi, di antaranya dengan cara mencegah penebangan hutan yang berlebihan, reboisasi (penanaman kembali pohon) pemupukan yang seimbang terutama penggunaan pupuk alami, serta pengolahan tanah yang tepat, misalnya dengan membuat sengkedan.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
 |
|
Study |
|
|
|
Today, there have been 46 visitors (136 hits) on this page! |